Indo Barometer: Gabung Jokowi di 2019, Prabowo Cegah Polarisasi

Kamis, 14 Desember 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto

Capres Nomor Urut 2 Prabowo Subianto

bantenraya. co | JAKARTA

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan, tuduhan calon presiden (capres) nomor urut 1, Anies Baswedan terhadap Prabowo Subianto yang menyebut tidak kuat menjadi oposisi karena gabung di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah keliru.

Menurut Qodari, bergabungnya Prabowo dengan pemerintahan Presiden Jokowi bukan dilatarbelakangi karena kekuasaan melainkan semangat rekonsiliasi nasional menghindari polarisasi ekstrem di tengah masyarakat.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Singkatnya Pak Prabowo itu lebih lama dan lebih berpengalaman sebagai oposisi dibandingkan dengan Mas Anies, Pak Prabowo semenjak mendirikan partai Gerindra 2008 ikut pemilu 2009 itu tidak pernah bergabung di pemerintahan,” ujar Qodari kepada wartawan, Kamis (14/12/2023).

“Berarti sampai dengan 2019 itu 10 tahun berada di luar (pemerintahan), kemudian masuk ke dalam karena pertimbangan semangat rekonsiliasi menghadapi polarisasi yang ada di masyarakat,” imbuhnya.

Qodari menegaskan konteks masuknya Prabowo menjadi bagian koalisi pemerintah dalam rangka merajut persatuan nasional, bersama-sama menghadapi dan memberikan solusi atas permasalahan yang dialami masyarakat.

“Jadi masuknya Pak Prabowo itu dengan melihat pertama-tama masalah yang ada di masyarakat jadi sebagai sebuah solusi terhadap permasalahan di masyarakat, jadi gabung tidak gabung itu harus ada konteksnya,” ucapnya.

Qodari mencatat pengalaman Prabowo berada di luar pemerintah lebih lama, dibandingkan dengan Anies Baswedan yang tidak memiliki rekam jejak oposisi, hanya sebatas berseberangan sikap dengan Presiden Jokowi dalam konteks Pilpres 2024.

“Mas Anies pernah di pemerintahan Pak Jokowi lalu kemudian diberhentikan sebagai menteri lalu kemudian maju sebagai gubernur dan terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta,” ucapnya.

Baca Juga :  Pj Gubernur Pastikan Kelancaran dan Keamanan KTT ASEAN ke-43 di Jakarta

“Jadi kalau bicara posisi sebagai oposisi di luar pemerintahan itu, sebetulnya  sikapnya saja atau positioning nya oposisi terhadap Pak Jokowi,” sambungnya.

Serangan terhadap Prabowo tidak hanya datang dari Anies, melainkan juga dari capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dalam debat perdana yang digelar oleh KPU.

Dijelaskan Qodari, serangan dari kompetitor Prabowo itu wajar, pasalnya elektabilitasnya jauh unggul dibandingkan dua penyerangnya.

“Wajar ya sebetulnya Pak Prabowo itu dikeroyok karena memang tanpa disadari lawan-lawannya melihat Pak Prabowo itu sebagai calon kuat makanya dikeroyok. Mas Anies menyerang  wajar karena di luar soal ketertinggalan dia adalah slogan perubahan, perubahan itu pasti menyerang keberlanjutan,” paparnya.

“Nah yang menarik kan Mas Ganjar dia mengambil posisi menyerang juga walaupun di sisi yang lain dari beberapa pernyataannya sering mengidentikkan atau diidentikkan dengan Pak Jokowi dan Pak Jokowi diasosiasikan dengan Pak Prabowo pada hari ini,” imbuhnya.

Lebih jauh Qodari menyampaikan, serangan Ganjar terhadap Prabowo dan tidak lagi menyerang Presiden Jokowi sebagai strategi untuk mengejar elektabilitas yang trennya menurun.

“Jadi itu bagian dari strategi juga lah bagaimana Mas Ganjar  sekarang ini mengatur langkah tidak menyerang Jokowi tapi menyerang Prabowo dan tujuannya sama untuk mengejar ketertinggalan elektabilitas,” katanya.

Selain itu, Qodari berpendapat efek debat terhadap elektabilitas para capres masih terbatas atau tidak terlalu berpengaruh secara signifikan, karenanya dia menduga hanya sebanyak 30 persen masyarakat yang menonton debat, namun untuk melihat dinamika  harus melihat data hasil survei pasca debat perdana itu.

Baca Juga :  Heboh Video Hoax Hasil Penghitungan Suara Luar Negeri, Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud Menang

“Tentunya harus dilihat dari hasil survei ya, teman-teman yang akan survei setelah debat ini seperti apa kondisinya, tetapi secara matematika memang efek debat itu terbatas, anggaplah bahwa yang nonton debat itu 30 persen. Kemudian dari 30 persen itu yang nonton itu 75 persen sudah punya keputusan sudah menjadi pendukung kuat salah satu capres dan biasanya ini tidak bisa goyang termasuk oleh debat,” jelasnya.

“Karena sisa 20 persen yang masih lemah dukungannya dan 5 persen yang belum memutuskan itu yang nanti akan terpengaruh oleh debat. Jadi dari 30 persen yang nonton debat 25 persen berpotensi berubah, 25 persen dari 30 persen itu 7,5 persen. Mungkin maksimal 7,5 persen itu dan harus dikatakan juga yang 7,5 persen itukan tidak kumpul di salah satu calon dia akan tersebar di tiga calon,” lanjutnya.

Oleh karena itu, menurut Qodari pengaruh 7,5 persen jika dibagi rata-rata ke tiga capres tidak begitu berpengaruh, terutama ketika selisih elektabilitasnya itu jauh.

“Mungkin debat ini akan lebih berpengaruh terhadap posisi Ganjar dan Anies yang sedang bersaing tetapi sulit untuk mengubah konstelasi dibanding dengan Prabowo yang sudah jauh di depan,” pungkasnya. (*)

Penulis : red

Editor : dwi teguh

Berita Terkait

Demokrasi Internal ala Jokowi, PSI Buka Pintu Pendaftaran Ketum Baru
Wujud Peduli Kesehatan, Dewan NasDem Sosialisasi Stunting dan TBC ke Masyarakat
Intan Siap Nahkodai Golkar Tangerang
GKSB DPR RI Terima Dubes Rusia, Bahas Peningkatan Hubungan Bilateral Antar-Parlemen
Maraknya Sengketa Tanah di Berbagai Daerah, Soedeson Usulkan Panja Turun Tangan
Polri Gelar Operasi Besar Berantas Premanisme, Jamin Stabilitas Kamtibmas dan Iklim Investasi
Pansus RUU Pengelolaan Ruang Udara, Soroti Isu Teknologi dan Kedaulatan
Firman Soebagyo: RUU Pemilu Perlu Dibahas dengan Metode Omnibus Law
Berita ini 19 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 14 Mei 2025 - 11:38 WIB

Demokrasi Internal ala Jokowi, PSI Buka Pintu Pendaftaran Ketum Baru

Sabtu, 10 Mei 2025 - 20:41 WIB

Wujud Peduli Kesehatan, Dewan NasDem Sosialisasi Stunting dan TBC ke Masyarakat

Jumat, 9 Mei 2025 - 12:48 WIB

Intan Siap Nahkodai Golkar Tangerang

Jumat, 9 Mei 2025 - 12:39 WIB

GKSB DPR RI Terima Dubes Rusia, Bahas Peningkatan Hubungan Bilateral Antar-Parlemen

Kamis, 8 Mei 2025 - 12:29 WIB

Maraknya Sengketa Tanah di Berbagai Daerah, Soedeson Usulkan Panja Turun Tangan

Berita Terbaru

Tangerang Raya

Tarif Air Disesuaikan, PERUMDAM TKR Pastikan Layanan Tetap Prima

Kamis, 15 Mei 2025 - 15:17 WIB

Trend Seleb

Alasan Kuat Masayu Anastasia  Belum Mau Nikah Lagi

Kamis, 15 Mei 2025 - 12:57 WIB

Kesehatan

Kolaborasi Tangani Stunting Lewat Donat Canting

Kamis, 15 Mei 2025 - 12:53 WIB