bantenraya.co | TANGERANG
Angka stunting di Kabupaten Tangerang tergolong cukup tinggi. Namun upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang menekan angka stunting terus dilakukan dengan melibatkan sejumlah pihak.
Kepala DPPKB Kabupaten Tangerang dr. Hendra Tarmizi mengungkapkan, meskipun angka stunting menurun, namun pihaknya tidak akan lengah karena masih banyak pekerjaan rumah terkait masalah kesehatan yang harus diselesaikan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
dr. Hendra menjelaskan, pada 2023 tercatat kasus balita stunting sebanyak 5.200 dengan persentase sebesar 2,7 persen mengalami penurunan dan telah ditangani oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Ia membeberkan berdasarkan data, angka kasus saat itu sekitar 16.000 kasus stunting. Kemudian pada 2022, angka kekerdilan pada anak itu turun menjadi 9.000 kasus. Kini pada 2023 kembali turun hingga 5.800 kasus.
Lebih lanjut, mantan juru bicara Covid-19 Kabupaten Tangerang, intervensi untuk dapat mencapai angka stunting nol persen di wilayah-wilayah tersebut dilakukan dengan melibatkan berbagai instansi.
Menurutnya, saat ini ada sekitar 118.000 keluarga beresiko stunting dari angka sebelumnya sebanyak 350 ribu.
“Penurunan ini merupakan hasil kerja sama antar instansi dalam program percepatan dan pengendalian terhadap stunting,” ucap dr. Hendra.
Ia mengungkapkan kasus stunting dan kasus keluarga beresiko stunting di Kabupaten Tangerang secara umum merata.
“Namun yang lebih banyak keluarga beresiko stunting terdapat di wilayah pantura,” beber dr. Hendra.
dr. Hendra menjelaskan, keluarga beresiko stunting dapat terjadi karena pola asuh dan saat ini angkanya cukup tinggi.
“Di Kecamatan Kelapa Dua malah tinggi angkanya. Ternyata dia ibunya kerja, neneknya yang ngurusin anaknya tidak dibawa ke Posyandu. Nah itu tugasnya nanti tim dari DPPKB yang turun mengedukasi neneknya,” imbuh dr. Hendra.
Ia mengatakan, intervensi awal terhadap keluarga beresiko stunting terus dikejar. (*)
Penulis : mas
Editor : dwi teguh