bantenraya.co | TANGERANG
Dunia pendidikan pondok pesantren di Kabupaten Tangerang tercoreng, salah seorang guru agama atau ustadz di salah satu Pondok Pesantren (Ponpes) Desa Gembong, Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten diduga telah mencabuli beberapa santrinya dengan cara disodomi.
Kejadian dugaan pencabulan ini disampaikan salah satu orang tua santri berinisial NA yang anaknya belajar di Ponpes tersebut Kamis, (28/09) siang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peristiwa aib yang diduga dilakukan oleh ustad berinisial N tersebut terbongkar usai orang tua atau wali santri salah satu korban memberanikan diri menyampaikan apa yang dialami anaknya.
“Perilaku bejad itu, sudah dari tahun lalu, tapi baru terbongkar sekarang,” ungkapnya.
“Tolong digaris bawahi, korbannya itu semua adalah santri putra, yang masih anak – anak,” tambah NA.
NA dan beberapa orang tua korban mengaku telah menyampaikan hal tersebut ke pengurus yayasan ponpes.
Infonya kasus asusila itu telah ditangani pihak kepolisian namun beredar kabar bahwa polisi malah mengarahkan pelaku dan korban untuk berdamai.
“Kabar yang saya terima seperti itu, saya jelas tidak mau, itu kan predator anak, kalau dibiarkan bisa menjadi penyakit,” tegasnya.
Meski anaknya tidak ikut menjadi korban, dia berharap agar pelaku dapat dihukum dengan seberat – beratnya. “Karena itu penyakit gak akan bisa hilang bahkan akan jadi trauma psikis,” tegasnya.
“Saya berharap ada pembenahan dari segi ustadz ustadz nya, dan juga biar menjadi perhatian buat Ponpes, agar hal semacam ini tidak perlu terjadi. Karena dampak psikologis anak bisa terganggu,” ujarnya.
“Apalagi kami para orang tua santri menitipkan putra – putri nya disana dengan harapan mendapatkan pendidikan agama yang baik dan benar, juga kami bayar, jadi anak – anak kami semuanya harus mendapatkan jaminan,” tandasnya.
Sementara itu, pihak ponpes belum memberikan jawaban hingga berita ini diturunkan. Pihak ponpes tersebut terkesan tidak menanggapi konfirmasi terkait dugaan pencabulan yang dilakukan salah satu ustadnya. (*)
Penulis : dri
Editor : dwi teguh